al-Habib Ahmad bin Alwy al-Hadad (Kuncung)





Habib ( Kuncung ) Ahmad bin Alwi Al-Haddad termasuk keluarga Nabi saw, keturunan ke 40. secara garis besar kehidupan Habib Kuncung sangat misterius.  
Al-Habib Ahmad bin Alwy bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Thoha bin Umar bin Alwy bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad al-Hadad bin Abu Bakar al-Tawil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Faqih bin Abdur Rahman bin Alwy ‘Ammal Faqih bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Ar-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibthi bin Ali Abi Thalib ibin Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW.


Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad adalah seorang yang memiliki khoriqul a’dah yaitu diluar kebiasaan manusia umumnya atau disebut dalam bahasa kewalian “Majdub” atau disebut dengan ahli Darkah maksudnya disaat orang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan maka beliau muncul dengan tiba-tiba. Habib Kuncung lahir di Gurfha, Hadramaut, Tarim pada tanggal 26 syaban 1254 H dan beliau belajar kepada ayahanda beliau sendiri Al habib Alwi Al Haddad dan belajar pula kepada Al habib Ali Bin Husein Al Hadad, Hadramaut. Di Indonesia beliau belajar kepada Al Habib Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi (ayah Habib Ali Kwitang yang makamnya memancarkan air ketika hendak di gusur, Cikini) dan kepada Habib keramat Empang Bogor, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas. Oleh gurunya, Habib `Abdullah bin Mukhsin al-`Aththas, beliau dipanggil dengan panggilan “Habib Kuncung” kerana kopiah kuncung yang selalu dipakainya. Maka terkenallah beliau dengan gelaran tersebut.Karena sering memakai kopyah atau topi yang menjulang keatas (kuncung; bahasa Jawa) maka beliau digelari Habib Kuncung.

Tidak diketahui tanggal yang pasti kedatangannya di Indonesia. Beliau mula-mula tiba di Timor, Kupang. Di sini ia tinggal sementara dan kawin dengan puteri  di kota itu yang bernama Syarifah Raguan Al-Habsyi. Dari perkawinannya ia memperoleh anak yang bernama Muhammad. Setelah lebih kurang 6 tahun ia tinggal dikota itu lalu ia berangkat ke Jawa. Tiba di Jakarta dan menetap di Kali Bata kira-kira 10 tahun.

Dikala beliau dewasa beliau didatangi oleh Rasulullah SAW yang akhirnya beliau ziarah ke Madinah, selanjutnya dalam bisyarah beliau disuruh ke Pulau Jawa oleh Nabi SAW.

Beliau terkenal sebagai seorang wali ahlud darkah yang dianugerahkan dengan berbagai karamah yang khawariqul adah. Di antara perkara yang ganjil yang sering berlaku adalah beliau sering muncul dengan tak semena-menanya dalam majlis-majlis di mana nama beliau disebut. Dalam majlis-majlis ulama, beliau sering diminta untuk menjadi pembaca kitab-kitab salaf kerana beliau memiliki suara yang lantang, menguasai bahasa Arab dan berilmu tinggi. Sungguhpun demikian, Habib Kuncung sentiasa bersikap tawadhu` dan khumul. Sebagaimana beliau muncul dalam sesuatu majlis, maka begitulah juga beliau menghilangkan dirinya dengan tiba-tiba dari majlis tersebut tanpa disedari orang. Itulah antara sikap beliau yang sentiasa menghindarkan diri dari kemasyhuran. 

Dalam suatu cerita yang didapat dari Al Habib Husein Bin Abdullah Bin Mukhsin Al Attas beliau menuju ke Lombok kemudian menikah dan memiliki seorang anak, didalam satu riwayat, di Bogor ketika beliau menziarahi guru beliau, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas, waktu itu Al Habib Abdullah Bin Mukhsin sedang sarapan pagi tiba-tiba Habib yang berkharismatik tinggi yang bermagam mulia ini tersenyum, lalu ditanya oleh murid beliau, Al Habib Alwi Al Haddad, “Ada apa dikau tersenyum wahai guruku yang mulia?” “Lihatlah ya Alwi, itu Ahmad sedang menari-nari,” seru beliau. Habib Alwi pun melihatnya seraya beliaupun tersenyum, “Apakah kau lihat ya Alwi?” seru Habib Keramat Empang , “Apa wahai guruku?” tanya habib Alwi, beliau menjawab, “Ya Alwi, itu habib Ahmad menari-nari dengan bidadari.”

Kecintaan habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad (habib Kuncung) bagai ayah dan anaknya sehingga dimanapun ada habib Abdullah Bin Mukhsin pasti di situ ada habib Ahmad.

Identitas yang melekat pada dirinya adalah pedagang. Berdagang memang sudah beliau dilakukan saat beliau masih muda. Posisi inilah yang membuatnya mengenal wilayah Asia tenggara saat beliau berdagang sampai ke Singapura. Habib Kuncung pedagang yang lumayan sukses di Singapura.


"Beliau sampai memiliki peninggalan harta benda yang di tahun 20an lalu senilai dengan harga 30 rumah disini." Ujar Habib Salim bin Ahmad, salah satu kerabatnya di Kalibata.


Mobilitas dirinya sebagai pedagang juga yang membuatnya menginjak Tanah Bugis dan memperoleh istri disana. Namun tak ada yang mengenal siapa istri Habib Kuncung itu. Dari perkawinan tersebut diketahui lahir seorang putra bernama Muhammad yang kemudian mewarisi harta peninggalan Habib Kuncung di Singapura. Namun sayang Habib Muhammad kemudian meninggal dunia hingga terputuslah garis keturunan Habib Kuncung.

Habib Kuncung selalu hidup berpindah-pindah. Tak ada yang dapat memastikan Habib Kuncung menetap disatu tempat tertentu. Beliau hadir dan pergi sesukanya. Hanya, beliau memiliki tempat singgah di Kampung Melayu, yakni rumah seorang pegawai gubernuran Batavia yang menjadi temannya.  Beliau juga pernah tinggal di Bogor di rumah Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad.

Habib Kuncung sering muncul di Majelis ulama kalangan Habaib di Jakarta yang dipusatkan di Kediaman Habib Ali Al-Habsyi Kwitang. Namun beliau dikenal masyarakat Bogor, karena banyak menghabiskan waktu disana. 

Hidupnya yang bergaya pengembara membuat tak banyak orang mengetahui sejarahnya secara persis. Beliau hadir dan dikenal masyarakat sebagai seorang ulama yang misterius tapi berilmu tinggi. Banyak orang yang apabila mengalami masalah berat menghadap kepadanya dan meminta nasihat maupun fatwa, jika kebetulan dapat bertemu, Habib Kuncung pasti memberikan nasihat yang merujuk pada Al-Qur'an dan Hadits. Beliau menunjuki pokok-pokok penyelesaian beserta literaturnya dan kemudian menyuruh si peminta fatwa mengecek serta mengkajinya sendiri. Jika para ulama berkumpul dan membaca sebuah kitab, selalu Habib Kuncung yang membaca kitab itu, karena suaranya yang bagus serta penguasaan bahasa arabnya yang tinggi.
Belakangan, karena kadang-kadang bersikap nyentrik dan tak biasa, Habib Kuncung dianggap gila. Tapi ini diyakini merupakan hal yang disengaja karena beliau tak ingin dilebih-lebihkan orang. Saat itu beliau memang sudah mulai menunjukkan beberapa "kelebihannya". Pernah satu ketika para ulama berkumpul di Kwitang. Mereka ingin melakukan perjalanan ke Cirebon memenuhi sebuah undangan. Saat itu Habib Kuncung agak terlupakan hingga tidak ikut rombongan ke stasiun. Para ulama berangkat pada pukul 7.30 pagi. Sesampainya di stasiun Cirebon, ternyata para ulama menemukan Habib Kuncung sudah disana. Ketika ditanya, beliau mengaku sudah berada di stasiun itu sejak pukul 7.30. rupanya ketika rombongan ulama berangkat ke stasiun, naik kereta menuju Cirebon, Habib Kuncung juga berangkat ke Cirebon tapi dengan caranya sendiri.



Pernah pula suatu ketika Habib Kuncung membakar sampah dalam lubamg besar, disekitar lubang itu terdapat pohon pisang. Rupanya pohon pisang itu sengaja ditanam orang. Terang saja, melihat lubang sampah itu dibakar, pemilik pohon pisang marah besar kepada Habib Kuncung. Habib Kuncung hanya diam hingga api itu padam. Ternyata pohon pisang itu tak ada yang mati, bahkan kemudian malah lebih bagus tumbuhnya.

Karomahnya yang lain; setipa kali Habib Kuncung memakai jasa tukang delman, delman itu pasti pulang lebih awal karena setoran menjadi mudah tercukupi. Kusirnya juga akan pulang dengan uang yang lebih dari biasanya. Makanya banyak sekali tukang delman yang mengharap-harap agar delmannya dinaiki Habib Kuncung. 


Sekalipun bersikap aneh dan selalu muncul – menghilang, orang-orang mengenang Habib Kuncung sebagai pribadi terhormat yang saleh. Hal-hal yang dilakukannya merupakan satu bentuk ketawadukan. Beliau tak ingin orang memuja-muja dirinya dan punya pikiran macam-macam. Beliau ingin dikenal sebagai orang biasa saja. Begitu tawaduknya Habib Kuncung, beliau tak pernah mau menerima hadiah, baik uang maupun pakaian. Beliau hanya ingin dapat tampil seperti biasa, apa adanya. Sekalipun begitu tak ada orang yang meragukan kapasitas Habib Kuncung sebagai Waliyullah. Makanya setelah wafat beliau mendapat kehormatan sedemikian rupa. 
Beliau juga ahli darak (saat-saat orang dalam kesulitan atau sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba-tiba).

Sekarang masih banyak orang menziarahi makam Habib Kuncung, di Kalibata, Jakarta selatan. Orang dapat merenungkan kembali mengenai hidup yang harus dijalani dengan tawaduk dan kesalehan yang utuh.


Akhir-akhir masa sebelum wafatnya Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad tak habis-habisnya beliau menyenangi hati seorang gurunya, sesampainya beliau ditinggal oleh guru kesayangannya, akhirnya pada tahun 1345 H tanggal 29 Syaban sekitar tahun 1926 M pada usia 93 tahun beliau, Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad, kembali ke rahmatullah dan di makamkan atau dikubur di pemakaman keluarga Al Haddad Kalibata, Jakarta Selatan dan setiap hari Minggu ketiga bulan Rabiul Awal diadakan peringatan Maulid Nabi di pemakaman beliau bada Ashar.



Kompleks makam Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddad atau Habib Kuncung terletak di pinggir jalan Rawajati, Kalibata dan terletak di pojok diseberang sungai Kalibata terjaga dengan baik dan sangat bersih. Memasuki komplek tersebut, berdiri sebuah Mesjid besar bernama Mesjid At Taubah yang sekarang sedang direnovasi dan makam Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddad atau Habib Kuncung  berada di sisi kiri Mesjid At Taubah.


( Al-Kisah no. 13 / Tahun II / 21 Juni- 4 Juli 2004)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Manfa’at Manaqib