Amirul Mukminin Umar bin Khattab.ra
Umar
bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah
salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua
Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah
yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur
Rasyidin).
Umar
dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab
bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar
memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang
berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga
Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga
dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah.
Sebelum
memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum
jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup
sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah
memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya
dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu
hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan
kemudian menyisir janggutku".
Umar
juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan
bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi
seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum
diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika
Rasulullah SAW menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi
sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum
Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka
perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai
reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang
prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar
juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering
menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut
Rasulullah SAW .
Pada
puncak kebenciannya terhadap ajaran
Rasulullah SAW , Umar memutuskan untuk mencoba membunuh
Rasulullah SAW , namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah
seorang pengikut
Rasulullah SAW bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya
kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang
dibawa oleh
Rasulullah SAW yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar
terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum
adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca
Al Qur'an (surat Thoha), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia
menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,
diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut,
beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu
saja hal ini membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang
yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa
para pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya
tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi
kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama
ini diketahui selalu membelanya.
"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab."
Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal
penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah
memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam,
sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar
bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw.
Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi
besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat
kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam
lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan
khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya
adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin
Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara
beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti
Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.
Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum
masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras
permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek
moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya
dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau
masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas
cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara
sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi
membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan
kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah
syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau
mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an
bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu
dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan
bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah
terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat
jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka
beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada
suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh
Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al
'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada
Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab,
"Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan
aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?"
Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah
meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali,
"Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya
adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian
dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab
datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan
menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin
Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa."
Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama
nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika
kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut
Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap
saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin
Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar
bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku
ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor.
Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah
terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang
ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji
dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala
Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari
persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu,
wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah
pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab
atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah
rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang
melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul.
Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab,
'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya.
Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi
kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan
pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata
kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah,
muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya
Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar
bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut
bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40
masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada
dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman
beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan
selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan
ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran,
menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah
Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin
Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar
setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa
kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil
menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam
masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah,
penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin
Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam
menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran
Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil
memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga,
dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan
Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang
maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam
menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam
tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Setelah
Umar menjadi khalifah, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat mencakup
wilayah Mesopotamia (Iraq) dan sebagian Persia Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara. Pengaruh Islam juga melebar ke Armenia setelah merebutnya
dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Sejarah mencatat banyak pertempuran
besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang
terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya
dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam
jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat
sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad
bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh
jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada
tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan
Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk
memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam
gereja. Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan
gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia
salat. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem
administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638,
ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi
hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, Pada
sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah.
Penyerangan Islam
terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia
telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci
kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi
di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh
Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu,
pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran
Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir
kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644,
sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini
tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka
dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus
dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain
pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah
ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata,
”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang
satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang
lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu
mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab
menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan
konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf,
menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas
negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah
tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk
lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat
penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan
hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali
cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai
dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan
begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau
seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui
dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata,
”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu
domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal
waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia
lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah,
puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak
kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut
diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah
yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau
berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum
muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan
lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif,
bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela
keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan
masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar
bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering,
karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan
dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap
rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar
bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat.
Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha
Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah
bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman
bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan
berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati.
Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan
melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Selama
ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasul yang
benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan.
Namun sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan”
kekayaan yang dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.
Ingat
perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal
sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah
sedekah dan infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.
Lantas,
bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah
Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar
dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan
kenyang, menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang
juga sangat kaya.
Ketika wafat, Umar bin
Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang
rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke
dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2
Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan
Rp 40 juta, berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap
tahun, atau 233 Miliar sebulan.
Umar ra
memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para
pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan
disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya
untuk dimakan.
Namun begitulah Umar. Ia tetap
saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia pergunakan untuk
kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar menyombongkan diri dan
mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.
Menjelang
akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan,
“Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah
penggantimu kelak.” Subhanallah! Semoga kita bisa meneladani Umar bin
Khattab.
Umar Bin Khattab bertemu Uskup Sophronius
Berita
kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung
kota membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam
kota menjadi ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci,
sebenarnya pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu.
Sementara kaum Kristen yang mempertahankan kota itu juga sadar mereka
tidak akan mampu menahan kekuatan pasukan Muslim. Menyadari
memperpanjang perlawanan hanya akan menambah penderitaan yang sia-sia
bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung
Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut baik
Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa
pertumpahan darah setetespun.
Walaupun
demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan
diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin,
yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Sophronius
menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara
pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Biasanya,
hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang menang. Namun tidak
demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi, warga Kristen
masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh
tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu
melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan
tempat-tempat suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa
perilaku pasukan kaum Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun
kecemasan akan kejadian dua dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat.
Sebab itu mereka ingin jaminan yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.
Panglima
Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera
meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di
Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk
mendapatkan nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak
perlu memenuhi permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah
kalah itu tentu akhirnya juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi
Thalib berpandangan lain. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama
sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu,
maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh
Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin,
tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam
pada malam hari ketika beliau ber-isra' dan dari kota itu pula
Rasulullah ber-mi'raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya,
seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima
pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar
menugaskan Ali untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama
dirinya tidak ada.
Kepergian Khalifah Umar
hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya
bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para
komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran
pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon
agar khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan
mengatakan bahwa saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki.
Begitu sampai di Jabiah, masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang
amat ganjilyang belum pernah terjadi, ada pelayan duduk di atas unta
sedangkan tuannya berjalan kaki menuntun hewan tunggangannya itu dengan
mengenakan pakaian dari bahan kasar yang sangat sederhana. Lusuh dan
berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang amat jauh.
Di
Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat
bersahaya, mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat
suka bertemu dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu
Sofyan, Khalid bin Walid, dan para panglima lainnya yang berpakaian dari
bahan yang halus dan bagus, Umar tampak kurang senang karena kemewahan
amat mudah menggelincirkan orang ke dalam kecintaan pada dunia.
Kepada
Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya
itu dari tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan
kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah
lain Yerusalem) dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat
ditandatangani. Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a.
menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga
keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem
juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang
tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda
mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan
pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi
berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan
begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.
Perjanjian
Aeliasecara garis besar berbunyi: "Inilah perdamaian yang diberikan
oleh hamba Allah 'Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia
menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka,
yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh
mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun
menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka
meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak
boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang
Yahudi."
Setelah itu, Umar melanjutkan
perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya
seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda
yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.
Di
pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch
Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja,
pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu
agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan
pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat
telah menyarankannya untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun
Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat
iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius
melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan,
"Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun."
Di
depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius
menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu
Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat.
Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak
kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan
menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah
gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi
Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan
diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium
menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu
taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa.
"Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya
telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik ...," ujar Sophronius.
Umar
tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk
dalam menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga
mendirikan sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini
sekarang disebut sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid
itu, Bilal r.a. - bekas budak berkulit hitam yang sangat dihormati
Khalifah Umar melebihi dirinya - diminta mengumandangkan adzan pertama
di bakal tempat masjid yang akan didirikan, sebagaimana adzan yang biasa
dilakukannya ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah saw
wafat, Bilal memang tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Atas
permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk menandai dimulainya
pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan dengan suara
yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata, teringat
saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan
menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari
bahwa suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut.
Kehidupan di Madinah
Pada
tahun 622 M, Umar ikut bersama Rasulullah Muhammad SAW dan pemeluk
Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga
terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria.
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi
Rasulullah SAW . Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh
kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal
sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan
yang selalu membela
Rasulullah SAW dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan
ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia
ikut menyiksa
Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Kematian Rasulullah SAW
Pada
saat kabar kematian
Rasulullah SAW pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah
sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai
salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat
siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat
syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad Rasulullah
SAW tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan
kembali sewaktu-waktu. [1]
Abu
Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai
Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan (|cquote!
:"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah
meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup
selalu tak pernah mati."! |)
Abu
Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang,
termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah
seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an
[2] yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang
diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah
peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan
dilaksanakan.
Masa kekhalifahan Abu Bakar
Pada
masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu
penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634,
Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam
sejarah Islam.
Menjadi khalifah
Selama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan
Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah
mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636,
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan
Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan
Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th
636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan
Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan
berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada
tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan
Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk
memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam
gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat
lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid
Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar
melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan
untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar
dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat
sederhana.
Pada sekitar tahun ke
17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Beliaupun memiliki 5 keutamaan diantaranya :
1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘ Umar radhiallohu anhu termasuk penghuni surga.
2. Seorang yang disegani, hingga setan akan lari jika ber-papasan dengan beliau.
3. Kemuliaan ‘ Umar radhiallohu anhu tak hanya sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya.
4. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Alloh subhanahu wa ta’ ala.
5. Salah satu sebab kejayaan Islam.
Kematian
Umar
bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang
fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang
Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini
konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar.
Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan
negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25
Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang
oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
|
Komentar
Posting Komentar