Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Mukhdor (Bondowoso)
Beliau
adalah al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Thalib bin Alwy bin
Abu Bakar bin Umar Al-Mukhdor bin Syekh Abu Bakar bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman As-Seqqaf bin
Muhammad Mauladawileh bin Ali Maula Darak bin Alwy al-Ghuyyur bin
Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin
Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy bin Ubaidullah bin Ahmad
Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Ar-Uraidhi bin
Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein
As-Sibthi bin Ali Abi Thalib ibin Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah
SAW.
Perawakannya
tampan dan gagah, orang yang melihatnya pasti mengetahui kalau beliau
memiliki karisma yang sangat besar.Dari wajahnya terpancar cahaya yang
begitu hebat. Para Habaib dan 'Ulama yang pernah melihat Rosulullah Saw
dalam keaadan jaga(Nyata) atau dalam keadaan mimpi sepakat bahwa Beliau
adalah Dzurriat yang paling mirip wajahnya dengan Baginda Rosulullah
Saw. Beliau adalah menantu dari seorang tokoh auliya di masanya, yaitu
Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya). Hubungan antara
keduanya begitu erat. Satu sama lain saling menghormati dan lebih
memandang kelebihan ada pada yang lain. Menantu dan mertua sama-sama
auliya.
Habib Muhammad Al-Muhdhor
lahir di desa Quwaireh, Du’an Al-Ayman, Hadramaut, pada tahun 1280 H
atau sekitar tahun 18633 M. Ayahnya, Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Muhammad
Al-Muhdhor, seorang ulama rujukan para ahli ilmu di zamannya. Beliau
lahir di Ar-Rasyid Ad-Du’aniyah 1217 H dan wafat pada tahun 1304 H
bertepatan dengan tahun 1886 M.
Lingkungan
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Itulah yang
terjadi pada kalangan Alawiyin di Hadramaut masa itu hingga saat ini.
Sebagaimana lazimnya pendidikan para Alawiyin di Hadramaut, Habib
Muhammad mendapat bimbingan agama langsung dari ayahnya. Beliau
mengkhatamkan Al-Qur’an dan belajar berbagai kitab keilmuan pada
ayahnya. Beliau juga belajar kepada kakaknya, Al-Habib bin Ahmad
Al-Muhdhor. Jika kita perhatikan kita dapat mengetahui, bahwa pendidikan
para ulama bain alawi di Hadramaut menghasilkan sanad keilmuan dari
seorang wali bin wali dan seterusnya, hingga bersambung kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah
belajar kepada ayah dan kakaknya, Habib Muhammad kemudian belajar
mendapatkan ijazah dari para ulama dan auliya’ di saat itu. Salah
sarunya adalah Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas. Dan Al-Habib
Ahmad bin Hasan Al-Attas inilah yang merupakan guru pembentuk karakter
dan kepribadian Habib Muhammad Al-Muhdhor. Ketika itu, Haibi Muhammad
selalu mengikuti majelis Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, dan
beliau pula yang meyertai kemana pun sang guru ini pergi.
Dalam
kitab Tajul A’ras halaman 469 di ceritakan bahwa, Habib Muhammad
Al-Muhdor mengisahkan salah satu peristiwa dalam kehidupannya ketika
menuntut ilmu pada waktu itu.
“Saya membaca
kitab Al-Muhadzab kepada Al-Imam Al-Walid Al-Habib Ahmad bin Hasan
Al-Attas. Tetapi ketika itu tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikan,
beliau meminta saya untuk menemaninya dalam perjalanan pulang ke
Huraidhah, desa di mana beliau tinggal. Maka saya pun menuruti perintah
beliau. Dalam perjalanan itulah saya membaca kitab tersebut bersama
beliau, sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan pembacaan kitab itu
pada hari keberangkatan kami dari Gaidun. KEtika itu kami berjalan
mengendarai dua kuda berdampingan”.
Selanjutnya,
ketika ayah beliau wafat. Bersama Habib Hamid kakaknya, Habib Muhammad
melakukan perjalanan dakwah ke berbagai negeri untuk merayu ke Jalan
Allah dan Rasulnya. Berdua mereka melakukan perjalanan ke Singapura dan
Indonesia. Dimana pun tempat beliau singgah, mereka selalu di sambut
oleh para penduduk negri dengan suka cita dan penuh penghormatan.
Setelah itu, berdua mereka kembali ke kampong halaman di Hadramaut.
Selang
beberapa waktu, Habib Hamid kakaknya, melakukan perjalanan ke tanah
suci, untuk melaksanakan ibasah haji dan berziarah ke makam datuknya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di Madinah. Sekembalinya kakak
beliau dari tanah suci, pada tahun 1308 H, Habib Muhammad melakukan
perjalanan dakwah ke kotaHeydrabad di India. Beliau dating untuk
memenuhi undangan Sultan ‘Awad bin Umar AL-Qu’aythi. Di India, beliau
mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya, ribuan manusia
segala lapisan dan golongan berbondong-bondong datang untuk menemui
beliau. Dari India, beliau melanjutkan perjalanan dakwahnya ke
Indonesia, dan beliau memilih Bondowosao. Disanalah beliau menetap dan
berdakwah. Beberapa waktu kemudian, Habib Muhammad Al-Muhdhor beremu
dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya). Dari pertemuan
itulah yang mendorong beliau untuk berguru kepada Al-Imam Al-Habib
Muhammad bin Idrus AL-Habsyi. Karena eratnya hubungan keduanya, akhirnya
Habib Muhammad Al-Muhdhor menikah dengan putrid Al-Habib Muhammad bin
Idrus Al-Habsyi.
Dalam berdakwah, beliau
menggunakan cara yang santun dan bijak. Beliau berbicara kepada manusia
sesuai dengan kemampuan mereka. “Kallimu an-naas ‘ala qadri uquulihim”.
Dalam beramar ma’ruf nahi munkar beliau menggunakan cara yang santun dan
halus. Hingga semua lapisan masyarakat dapat menerima dengan baik
nasehat-nasehatnya. Semua kalangan, baik dari kalanganAlawiyin,
orang-orang Pribumi, bahkan para pembesar Belanda pun, hormat dan segan
kepada beliau.
Habib Muhammad sangat senang
menerima tamu yang datang ke rumah beliau. Dengan wajah berseri-seri
beliau menyambut para tetamunya di depan pintu dan menghormatinya bak
raja yang datang. Beliau sendiri yang menyiapkan dan melayani kebutuhan
para tamunya itu.
Beliau yang sangat peduli
dengan keadaan kaum muslimin, terlebih-lebih pada para Saadah Alawiyin.
Karena kepeduliannya yang begitu besar terhadap para Alawiyin, hingga
beliau seakan-akan sebagai bapak dari para Alawiyin yang ada pada masa
itu. Selain ulama, beliau juga ahli di bidang sastra, banyak tulisan dan
karya syair-syair beliau. Beliau merupakan sosol ulama yang sering
melakukan kontak hubungan dengan para ulama di negeri lain guna
memeahkan berbagai masalah tentang dakwah Islam. Diantara para ulama itu
adalah : Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Hiyed, Al-Habib Abdurrahman bin
Ubaidillah Assegaf, dan AL-Habib Muhammad bin Agil bin Yahya dari
Hadramaut.
Setelah
beberapa hari menjalani perawatan di Surabaya akibat sakit yang di
deritanya, pada malam selasa 21 Syawal 1344 H, bertepatan dengan 4 Mei
1926 M, Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor wafat. Beliau meninggalkan
kita untuk selama-lamanya. Dengan kewafatannya, para pecinta beliau
seakan-akan menjadi yatim dan kehilangan sosok ayah. Pada keesokan
harinya, dengan diiringi seruan tahlil dan uraian mata, ribuan kaum
muslimin mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman. Jasad beliau di
makamkan dalam qubah di pemakaman Al-Habib Hasan Al_habsyi. Makam beliau
bersanding dengan makam Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi,
yang merupakan mertua, guru sekaligus sahabat beliau. BEliau
meninggalkan lima anak laik-laki yang menjadi khalifah penerus
dakwahnya, mereka dalah : Al-Habib Abdullah bin Muhammad Al-Muhdhor,
Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhor, Al-Habib Sholeh bin Muhammad
Al-Muhdhor, Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Muhdhor dan Al-Habib Muhdhor
bin Muhammad Al-Muhdhor, yang mereka kesemuanya menjadi ulama, beliau
juga meninggalkan 3 anak perempuan.
|
Komentar
Posting Komentar