Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Hasan Alattas (Benhill)


Penggagas Majelis Zikir Asmaul Husna

Selama hidupnya, Habib Ahmad berjuang keras agar masyarakat yang berada di lingkungannya meninggalkan perbuatan syirik serta kemungkaran. Majelis zikir yang digagasnya kini berkembang hingga mempunyai cabang sekitar 1.000 majelis.

Bila maut telah tiba, cinta, nama, harta, semua akan mengucapkan selamat jalan kepada pemiliknya. Semua kembali ke asalnya, tinggallah kenangan yang membekas dan terus hidup di hati manusia yang ditinggalkan. Begitu pula dengan kisah hidup almarhum Habib Ahmad bin Abdullah bin Hasan Alattas. Walau sudah 11 tahun telah pulang ke rahmatullah, budi baiknya selalu dikenang dan menjadi teladan anak-cucu serta jemaah yang pernah dibimbingnya menuju jalan Allah.

Pada Ahad, 11 Juli yang lalu, Majelis Zikir Asmaul Husna pimpinan Habib Idrus bin Bagir Alattas menggelar haul Habib Ahmad bin Abdullah bin Hasan Alattas ke-11. Ribuan jemaah dari berbagai pelosok tanah air berjubel memadati lokasi peringatan haul yang berada di belakang pasar Bendungan Hilir, Jakarta. Bahkan ada juga yang datang dari mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, dan Hadramaut. Semua hadir untuk mengingat perjuangan Habib Ahmad dalam mensyiarkan ajaran Rasulullah SAW.

Haul yang dimulai tepat pukul 10 pagi ini berlangsung khidmat. Seusai pembacaan Ratib Alattas secara berjemaah, tampak di atas panggung Habib Isa bin Ahmad Alattas memimpin zikir Asmaul Husna, dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin dipimpin oleh Ustaz Fauzan, zikir tahlil oleh Habib Hud bin Bagir Alattas, dan ditutup dengan zikir Asmaul Husna kembali oleh Habib Umar bin Abdullah Alattas.
Tepat pukul 11 siang, Imam Afifi, imam salah satu masjid di Singapura, dalam ceramahnya mengisahkan peranan dakwah Habib Ahmad saat berada di Negeri Singa tersebut, sekitar 12 tahun lalu. “Almarhum sempat mengijazahkan Asmaul Husna. Sampai sekarang wirid tersebut masih menjadi pegangan masyarakat dalam beribadah,” katanya.

Imam Afifi melanjutkan ceritanya, saat ia sakit parah, Habib Ahmad sengaja datang ke Singapura untuk mendoakan dirinya. Imam Afifi kemudian sembuh total. “Insya Allah, saya tidak akan melupakan budi baik Habib Ahmad yang datang ke Singapura khusus untuk mendoakan kesembuhan saya, hingga saya sembuh dan sehat hingga sekarang,” katanya lagi.

Sebelum pembicara kedua tampil, Habib Muhsin bin Umar Alattas, yang terkenal dengan panggilan Muhsin Alattas, melagukan kasidah dari kitab maulid Simthud Durar. Kemudian, Habib Syekh bin Ali Al-Jufri, yang mendapat kesempatan kedua, menyampaikan ceramahnya tentang keutamaan mengenang kebaikan-kebaikan orang yang sudah wafat.
“Terutama orang-orang yang sudah berjasa membimbing kita ke jalan yang baik, seperti Habib Ahmad. Beliau senantiasa mengajak jemaah untuk mengamalkan wirid-wirid Asmaul Husna,” katanya.
Menurutnya, Habib Ahmad adalah sosok ulama yang sangat mencintai Allah, tawaduk, dan sederhana dalam kesehariannya. “Kebiasaan semacam inilah yang paling gampang kita tiru,” katanya lagi seraya mengajak jemaah untuk membersihkan hati agar menjadi orang saleh.

Tak kalah menariknya tausiah Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan, yang juga mengajak jemaah untuk meneladani perjuangan orang-orang saleh, termasuk Habib Ahmad.
“Aulia Allah adalah orang-orang yang memahami hakikat penciptaan manusia di muka bumi. Bagi mereka, Allah adalah segalanya. Sehingga Allah memuliakan mereka dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan menjadikan mereka sebagai wali-Nya,” kata Habib Jindan, pengasuh Pondok Pesantren Al-Fakhriyah, Ciledug, ini.

Perjalanan syiar Islam Habib Ahmad meluas, dimulai sejak tahun 1958. Ia melihat, masyarakat di sekitarnya cenderung kepada perbuatan syirik dan kemungkaran, dan menjadi pemandangan sehari-hari.
Sebelum berdakwah luas, terlebih dahulu ia mengajak sanak dan kerabatnya untuk tetap teguh berada di jalan Allah, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan semua perintah-Nya. Lambat laun, syiar Islam yang disemaikan Habib Ahmad tumbuh dan berkembang. Masyarakat luas mulai tertarik dengan cara berdakwah Habib Ahmad yang santun dan penuh kasih. Zikir Asmaul Husna yang diajarkannya pun dirasakan jemaah sangat menyentuh kalbu.

Setiap kali ia menggelar pengajian di suatu tempat, jemaah yang datang semakin bertambah. Sehingga banyak usulan agar pengajian Habib Ahmad ditetapkan di satu tempat, tidak berpindah-pindah, yakni di kediamannya sendiri. Maka, sejak 1978, rumah Habib Ahmad menjadi tempat taklim tetap jemaah.

Keberadaan Majelis Zikir Asmaul Husna berkembang dari waktu ke waktu. Karena jemaah yang datang tidak hanya dari sekitar Bendungan Hilir, Jakarta, tapi juga Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, hingga ke Malaysia, Singapura, dan Thailand. Maka, pada tahun 1984, ia membuka cabang di daerah-daerah tersebut. Hingga saat ini jumlah Majelis Zikir Asmaul Husna tercatat mencapai 1.000 majelis.
Jasad Habib Ahmad kini terbaring di kompleks pemakaman Al-Hawi, Condet, Jakarta. Sebelum haul digelar, malamnya, sekitar pukul 9, jemaah berziarah ke makamnya. Peringatan haul ini bukan sekadar peringatan biasa. Karena diharapkan jemaah yang hadir meneladani perjuangan penggagas Majelis Zikir Asmaul Husna ini dalam menegakkan kalimat tauhid.
AST/Ft. AST

Kepsyen foto:
01. Tausiah dari Habib Jindan bin Novel. Meneladani kesalehan Habib Ahmad
02. Puncak acara haul. Dihadiri ribuan jemaah, dalam dan luar negeri
03. Habib Syekh Al-Jufri mengisahkan keteladanan Habib Ahmad. Pentingnya menjaga kebersihan hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Manfa’at Manaqib